Selamat Datang

Selamat Datang Di Blog Saya, blog yang memuat ceita tentang cinta dan karya- karya dari saya

Jumat, 10 September 2010

perpecahan

Entah apa yang pantas untuk kelas kami yang begitu hancur…? Mungkin broken class lah yang cocok dengan kelas kami. Memang di kelas kami termasuk kelas yang pintar dan kelas yang tidak rebut. Tapi kelas kami tidak bisa bergaul dan sering disebut orang sebagai kelas cupu. Karena di kelas kami semua siswanya memang begitu rajin, tapi kurang dalam bergaul. Mungkin karena itu juga teman kami Ari, pindah ke kelas lain, karena tidak sanggup bersaing dengan teman sekelas kami yang termasuk pintar.
Dan gara – gara itu juga sering terjadi kesenjangan sosial antara satu kelas tersebut. Kesenjangan ini berawal sekitar bulan Oktober 2009, ketika temanku, Dea namanya, membuat sebuah geng. Geng Dea ini terbentuk sebenarnya sejak kelas IX di SMP, tapi kemudian ia kembali membentuk geng ini di kelas X kembali. Nama geng ini adalah AMAZINK, beranggotakan 10 orang, yaitu, Dea, Ella, Grace Chintya, Mikail, Anis, Mei, Friando, Hayyan, Immanuel, dan Humiko. Mereka menamakan AMAZINK, karena mereka menanggap mereka paling hebat, paling pintar, dan paling berkuasa. Memang menurut kami mereka pintar, karena sewaktu SMP mereka memang sering mendapatkan juara umum di SMP, kebetulan juga kami sewaktu SMP satu sekolahan, tapi itu membuat mereka sombong dan sok berkuasa. Karena pembentukan itu juga, salah seorang dari teman kami membuat sebuah geng juga namanya ANTILOG, yang terdiri dari Grace Julia, Desi, Dita, Theresia, Try Astuti, dan Margareth. Mereka ini sering juga memprotes AMAZINK. Kemudian, kesenjangan mulai muncul diantara kami. Semula memang kami masih bisa berbaur, bahkan pada saat MOS kami saling bekerja sama. Dan pada saat perlombaan 17 Agustus, kami juga saling membantu dalam memenangkan perlombaan. Kesenjangan muncul ketika, pada saat pembagian kelompok, AMAZINK dan ANTILOG hanya kepada anggotanya saja tanpa ada campur tangan kembali. Kami kemudian membentuk geng yang tak jelas namanya, tapi kami beranggotakan 7 orang yaitu, namaku Aldo, Arenda, Ridho, Irfan, Swiking, Amhar, dan Jonathan. Kemudian ada satu geng lainnya yang juga tidak tahu namanya. Mereka beranggotakan 5 orang, yaitu, Aulia, Dian, Sarah, Ummu, dan Laddy. Dan 3 orang lagi tidak ikut gabung geng manapun. Mereka bertiga bisa dibilang orangnya pendiam dan tidak begitu repot dengan keadaan kelas seperti ini. Mereka bertiga adalah Descey, Namira, dan Evita. Kemudian kami sering kali terjadi bentrok.
Seperti pada saat study banding ke SMAN 3 Medan, informasi tidak ada disampaikan oleh struktur organisasi kelas yang merupakan semuanya merupakan anggota AMAZINK. Sehingga hanya sebagian dari anggota AMAZINK yang ikut, mereka adalah Hayyan, Dea, Mikail, Humiko, dan Immanuel. Disaat itu juga kami merasa bahwa kami tidak dianggap disitu, karena informasi yang mereka terima tidak disampaikan kepada kami. Disini kembali terjadi kesenjangan sosial, dimana kami tidak tahu apapun tentang itu. Kejadian itu bisa kami maklumi. Tapi mereka tambah sok aja. Disaat guru tidak ada mereka berbicara dan keluar, terutama Mikail, sementara kami dilarang keluar. Saat tiu, Arenda berontak, ia melawan Mikail, yang banyak gaya. Mikail menjadi sombong karena dia merupakan anggota Komdis. Komdis merupakan kepanjangan dari Komisi Disiplin, yang bertugas untuk menegur siswa yang tidak patuh terhadap peraturan sekolah, seperti tidak memakai dasi, terlambat datang, dll. Tapi bukannya menjadi pedoman tapi malah sombong dan seenak – enak mereka saja. Mereka sok menguasai, padahal mereka belum ada apa – apanya, malah mereka sering kali melanggar peraturan sekolah, bahkan salah satu anggota Komdis, sering kami jumpai merokok di kantin Nangbor.
Pertengkaran antara Mikail dan Arenda akhirnya bisa dicegah oleh Dea. Memang Dea pada saat itu masih bisa diajak kompromi, tapi lama – lama ia menjadi sok memimpin. Dea sering kali memerintah kami untuk diam danmengerjakan soal – soal yang ada di buku, tapi dia sendiri hanya online dari laptopnya dan sibuk dengan tugasnya. Kami jadi bingungdengan semua ini. Kesenjangan makin tampak di kelas itu karena pada saat guru meminta tugas kelompok hanya anggota dari masing – masing geng saja yang menjadi satu kelompok. Tetapi sebagian guru memilih kelompok yang berbeda, tapi mereka menolak untuk cara seperti itu. Mereka lebih suka dengan teman satu geng mereka, sampai suatu ketika guru marah karena mereka yang tidak mau bergambung dengan kelompok lain. Mereka akhirnya mencoba untuk bergabung dengan satu sama lain.
Pada suatu hari, sekolah mengadakan showcase seluruh kelas X dan XI IPA 1serta XI IPA 2 karena dua kelas tersebut merupakan R-SBI (Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional). Kami makin tidak karuan. Satu sama lain saling tidak perduli dengan apa yang terjadi pada saat itu. Semua sibuk sendiri, kekompakkan dalam kelas tersebut tidak ada. Dea dkk. hanya merekalah yang tahu apa yang mereka lakukan. Kami sebenarnya mencoba membantu, tapi mereka tidak mau. Sampai akhirnya pertengkaran kembali menjadi besar. Dan kami mencoba untuk bergabung. Sampai akhirnya semua bisa dilaksanakan berkat sharing dari beberapa teman. Dan kami pun akhirnya bisa bekerja sama. Kami memulai kegiatan kami. Kami bekerja sama mewawancari beberapa narasumber. Awalnya kammi kebingungan dalam mewawancarinya dan kami sempat bertengkar saat mencari beberapa narasumber, tapi bisa mengatasinya. Dan kami pun berhasil menyelesaikan tugas kami. Sekarang kami membuat hasil wawancara kami dalam bentuk persentasi. Disini kembali lagi perselisihan terjadi. Sampai liburan semester kami masih dalam masalah ini. Sampai masuk sekolah masalah ini masih diperdebatkan. Sementara hanya dalam beberapa minggu lagi setelah masuk sekolah, hasil wawancara kami harus dikumpul. Kami mencoba bekerja sama, tapi itu tidak bias. Semantara kami tidak sekelas lagi, kami akhirnya dipisah berdasarkan rangking.
Dikelas yang baru, saya merasa nyaman sekali. Teman – teman di kelas baru tidak seperti kelas kami yang lama. Tapi kami masih merindukan kelas kami yang lama, masih teringat masa – masa indah dikelas kami yang lama. Kami berusaha untuk kembali akrab tapi tidak bisa. Sampai akhirnya kami dipanggil kembali karena kami memenangkan show case. Dan semua anggota kelas yang lama harus berpartisipasi dalam membuat yel – yel. Kami berusaha membaur dalam membuat yel – yel. Tapi kami merasa kami tidak dianggap, karena tidak dapat ikut bagian dalam membuat yel – yel. Hanya mereka yang membuat yel – yel. Kami tidak diikutsertakan dalam membuat yel – yel.
Sampai akhirnya tiba hari dimana kami tampil diacara show case. Acara yang dilihat oleh beberapa pejabat Negara seperti kepala dinas pendidikan, kepala sekolah dari beberapa sekolah, kepala kepolisian, dokter, dan wakil walikota serta sekretaris daerah. Kami melihat yel – yel para kakak kelas kami sangat bagus. Tapi tak putus asa, kami gila – gilaan dalam acara tersebut. Dalam acara perdebatan kami pun sangat hebat, tapi itu hanya Dea dkk. saja, kami tidak diberi kesempatan dalam acara tersebut. Kami pikir kami tidak akan menang, melihat semua peserta tampil sangat bagus. Sampai akhirnya, pembacaan pemenang dibacakan. Ternyata kami memenangkan perlombaan ini. Kami mendapatkan hadiah trophy dan uanng tunai Rp. 1,5 juta. Kami tak menyangka kemenangan ini. Tapi kami bisa membuktikannya. Disinilah akhir pertemanan kami. Kami menghabiskan uang kami. Kami makan di sebuah restoran dan menghabiskannya serta memberikan uang kepada guru pembimbing kami. Inilah akhir dari pertemanan kami. Setelah acara show case ini kami tidak pernah berkumpul lagi. Inilah akhir dari semuanya. Kami tidak akan pernah lagi berkumpul.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar